Minggu, 04 September 2011

MULIA 'dari pengalaman insidental' ( Ditulis: Senin, 09 Juni 2008 )

Sore itu saya mengantar anak dan keponakan saya ke arena permainan dikomplek perumahan. 'Mandi bola' pilihan mereka. Dengan Rp. 5000 berdua bisa menikmati 'ramainya' mandi di 'kolam' bola. Loncat sana, loncat sini. Lempar sana, lempar sini. Satu teriak, yang lainpun menyahut. Begitu seterusnya.
Setengah jam tak terasa sudah. Permainan mereka berdua sudah usai. Kami pulang. Namun belum seperempat perjalanan pulang, anak saya teringat bahwa 'kacamata'nya jatuh di'kolam'. Kamipun kembali melaporkan kejadian tersebut kepada penjaganya. Dicari secara manual, mencebur ke kolam sambil di'sisir' dengan tangan dan kaki. Tidak ketemu. Kami pulang dengan kesal.
 
Sampai dirumah masih 'ramai' dengan adik saya. Kabar kami sampaikan, dan kamipun sepakat kembali ke arena dengan ganti 'pasukan', saya, istri dan adik ipar.
Negosiasi dengan penjaga sangat 'alot', karena sudah berulang kali kejadian seperti ini, setelah dilakukan pencarian, nihil. Alasan lain, pelanggan yang ada dan yang akan datang, kasihan. Kami maklum, hari itu hari Sabtu sore ( malam liburan ). Dicari dengan cara manual pasti lama sekali, disamping spekulasi, juga khawatir kacamatanya terinjak-injak. Saya bertiga punya ide, 'kolam harus dikuras'. Negosiasi dilakukan lagi, penjaga setengah marah. Tidak bisa, tidak bisa. Saya lakukan pendekatan, anak2 yang sedang main kami ganti rugi dengan permainan lain. Orang tua dari anak2 kita beri pengertian.
Akhirnya 'diperbolehkan dikuras oleh kami bertiga'. Kami bertiga gantian 'bermain dikolam bola'. Dengan hati2 kami keluarkan bola2 dari 'kolam', lumayan capek. Belum setengah 'permainan' menguras kolam, ketemulah kacamata tersebut dipinggiran kolam. Kami lega, rasa capek jadi tak terpikirkan lagi. Kami lebih semangat lagi untuk mengembalikan bola2 yang sudah bertebaran diluar kolam kedalam arena. Lebih seru, karena kecepatan dan tenaga kami kerahkan bersamaan. Lebih cepat selesai dibandingkan waktu pengurasan. Terima kasih dengan kedua penjaga, dan kamipun pulang dengan riang.
 
Pengalaman yang hadir dihadapan kita terkadang insidental, terkadang kondisional. Permasalahan selalu mengiringi langkah ini. Karena masalah adalah bentuk kehidupan. Jika digambarkan dalam 'Segitiga Cinta', terdiri dari Tuhan, Kita, dan Masalah. Artinya, masalah adalah bentuk kasih Tuhan yang mengingatkan kita akan pesan kebaikan untuk dijadikan pelajaran agar lebih berpikir positif.
Satu-satunya persiapan untuk hari esok adalah menggunakan hari ini dengan benar. 
Perlu diingat, Tuhan tidak akan memberikan masalah diluar kemampuan hambanya. Dan yakinlah, masalah dari Tuhan, jalan keluar dari Tuhan, dan pertolongan anytime, anywhere dari Tuhan. 
 
( Dari 'kolam mandi bola' dan berbagai sumber )
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar