Senin, 18 Juni 2012

MULIA 'dengan tekad yang bulat' ( Ditulis: 30 Juni 2008 )

Piala Eropa 2008 telah berlalu. Meskipun kalah pada final kejuaraan kali ini, namun sekali lagi kesebelasan Jerman membuktikan bahwa mereka adalah team yang paling stabil. Beberapa kali menjadi juara dan 'runner up' piala dunia, beberapa kali juara piala Eropa. Uniknya, kesebelasan Jerman jarang sekali kalah dengan telak, misal dengan skor 0-3.
Mengapa? salah satu jawabannya adalah 'Eka Prasetia', Tekad yang tunggal, tekad yang satu, tekad yang bulat.
Para pemain Jerman mampu memelihara determinasi ( tekad bulat ) yang tinggi dalam bertanding, sehingga mereka mampu bermain dengan semangat sepanjang pertandingan, meskipun terkadang lebih dahulu tertinggal skor dari lawannya.
Jadi, determinasi berguna untuk menjaga konsentrasi tetap tinggi, dan yang paling penting adalah:
Menjaga fluktuasi prestasi agar tidak terlalu turun naik. ( Sering berprestasi, tetapi kalau sedang tidak berprestasi-pun hasilnya tidak terlalu buruk ).
'Pemain' yang satu menjadi pendukung 'pemain' yang lain. 'Posisi' yang satu menjadi pendukung 'posisi' yang lain. Tidak bisa bekerja individual, potensi setiap individu berbeda, keberhasilan dan kegagalan adalah hasil kerja dari 'team'.
Ingat, setahun terakhir ini hanya ada tiga nama dalam kejuaraan 'motor GP 500 cc', Rossi, Pedrosa, dan Stoner. Kita bukan kejuaraan 'perseorangan' seperti itu, karena hanya mereka yang berkemampuan spektakuler saja yang bisa menjadi juara.

Karena kita adalah: 'Team'. Kita mempunyai potensi yang sama untuk menjadi 'JUARA'.
( Dari berbagai sumber )

Rabu, 08 Februari 2012

MULIA 'dari nyenyaknya tidur' ( Ditulis: Senin 18 Januari 2010 )

Mulia bersama teman-temannya suka bermain di area sawah. Usia rata-rata ketika itu masih SD kelas 6. Pada suatu saat mereka bermain di kolam yang sudah dalam kondisi tidak terawat oleh pemiliknya. Ikan yang adapun bukan hasil peliharaan, namun datang secara alami. Binatang yang kami buru adalah ular dan ikan. Ketika sedang asyiknya kami mencari buruan, salah seorang teman kami Nawa spontan berteriak ”Aduuuhhh... biyuuuuungng....” ( biyung = ibu - red. ). Ternyata si Nawa digigit ular, dan sesaat kemudian ular tersebut dia kejarnya, dan tertangkap. Dia cari ujung kepalanya, dapat... dan seketika itu pula digigitnya kepala ular tadi sampai putus dengan penuh ’dendam’. Sesaat kemudian dia lempar jauh-jauh ular yang sudah tidak berkepala itu dengan tidak terarah ”modaarr kowee...” ( mati kau: maksudnya berteriak kepada ular – red. ). Kamipun diam terkesima dengan ’adegan’ tadi, saling pandang, dan.... tertawa bersama-sama. Ha.. ha.. ha.. ha......
Ikanpun bisa kami ’pepes’ dan segera kami santap bersama. Ular kita jual ke tengkulak. Capek.... Kami istirahat di lincak ( balai-balai bambu - red. ) rumah terdekat. Dan tertidur.... nyenyak sekali.

Arena bermain yang lain dari Mulia dan teman-temannya. Sebuah parit kecil dengan aliran air yang jernih saat itu, namun disana-sini banyak rerumputan yang menghalangi pandangan bahwa disana banyak komunitas ikan kecil yang beraneka. Mulia dan teman-temannya tidak ketinggalan kesempatan, ikan apapun yang terlihat selalu ingin ditangkap, dibakar, dan dimakan bersama-sama. Pada sebuah kesempatan malah menemukan biawak!... Takut kalau sendiri, berani mengejar dan menangkapnya karena kami bersama-sama. Yang sekarang baru mengerti bahwa hal itu adalah merusak ekosistim lingkungan.
Puas dengan hasil tangkapan hari itu.... hari telah panas.... kami mulai lelah. Istirahat. Kamipun tertidur di rumah pohon pinggiran sawah. Nyenyak sekali.... Sore hari menjelang waktu Ashar baru mandi di kolam terdekat dan pulang sudah bersih lagi.

Ayah Mulia bersama dengan ayah dari teman-teman yang lain pada musim padi beramai-ramai turun kesawah. Sebagian besar penduduk di kampung itu juga melakukan hal yang sama. Ada apa gerangan? Mereka melakukan ’operasi tikus’!.... Ya.. sebuah program pemerintah tingkat kecamatan untuk memberantas hama tikus yang paling intensif!... murah juga meriah. Menangkap tikus secara manual langsung di sarangnya, dengan ’membongkar’ rumah tikus yang ada di sepanjang pematang sawah. Meskipun terkadang salah sangka terhadap ’rumah-rumah’ tikus tersebut, padahal itu merupakan rumah ular, wal hasil bukan tikus yang didapat, namun ular yang masih ’bayi’ yang bisa mereka peroleh. Sangat melelahkan karena mereka harus berlari mengejar tikus dan menangkapnya dengan tangan kosong. Belum lagi jikalau sang tikus melawan, ketika sudah tertangkap masih sempat menggigit dengan kuatnya, sebelum akhirnya leher dipatahkan oleh si penangkap. Atau kalau saking kesalnya, tikus langsung dibantingnya hingga tewas.
Seperti biasa Mulia dan teman-temannya selalu ’ngumpul’ setelah ’operasi’ selesai, merebahkan diri diatas jerami yang tertumpuk rapi dibawah pohon ’trembesi’ ( pohon Samanea Saman = Rain Tree – red. ). Angin sepoi-sepoi mendukung kesejukan dibawah pohon yang rindang itu. Tertidur pulaslah kami.... nyenyak sekali.

’Apapun cara yang kita lakukan untuk membangun kehidupan, jangan lupakan bahwa engkau harus tetap tidur dengan baik, agar hidup kita utuh. Ketahuilah bahwa tidak ada bantal yang lebih lembut daripada hati nurani yang bersih. Ingatlah bahwa urusan tidur itu bukan tempatnya, tetapi nyenyaknya.

’Janganlah kita mengabaikan contoh yang sedang dipamerkan Tuhan dalam keseharian kita, bahwa tidak ada kekayaan yang bisa membeli tidur yang nyenyak. Dan tidak ada kekuasaan yang bisa mendamaikan hati nurani yang tidak bersih dari siksaan buruknya tidur diatas semahal-mahalnya bantal’.

( Dari masa kecil di kampung dan ’Mario Teguh Super Note’ )