Rabu, 28 September 2011

MULIA 'dengan potensi diri saat ini' ( Ditulis: Senin, 11 September 2011 )

Ketika saya menyebutkan 'B-C-L', yang ada dibenak para pecinta musik di Indonesia pasti akan tertuju dengan nama ini: 'Bunga Citra Lestari'. Namun lain halnya dengan sebuah cerita ini.

Pada tahun 2002, 'B-C-L' bekerja pada satu perusahaan swasta yang berada di Kawasan Industri Cikarang. Mereka adalah 'tiga serangkai' dengan latar belakang yang hampir sama. Mereka mempunyai nama panggilan: 'Bodong, Cuplis, dan Leman'. Pada saat itu mereka bekerja dengan profesi yang sama, sebagai penjaga keamanan perusahaan, lebih dikenal dengan Satpam atau Security.
Bodong merupakan lulusan SMA di Pasir Kupang, Nagasari, Cikarang, suka tidak mengenakan baju diluar jam kerja Direktur, suka berprofesi sebagai tukang ojek, meskipun terkadang pada saat jam kerja. Senang 'ngrumpi' dengan tukang 'mie' didepan pabrik. Berbadan besar, namun sangat lemah, meskipun hanya untuk menyapu 'pos' kerja-nya dan melipat bendera merah putih. Tidak peduli akan pekerjaan / situasi / aturan dilingkungannya, bahkan hanya sekedar membuka topi / helm dalam kantor. Pembicaraan yang paling cocok adalah: Mancing.
Cuplis, berasal dari Karawang, tamatan MA swasta 'Enceng Gondok' Johar Karawang, selalu menjaga rambut kepalanya agar dalam posisi paling pendek. Paling bisa berbicara halus ( dibanding kedua rekannya )  terhadap siapapun yang menyapa. Selalu membawa dan membaca buku pelajaran anak 'kuliahan'. Suka 'berdialog' dengan rekan-rekan karyawan, seolah-olah dia adalah direktur yang sedang mengarahkan anak buahnya. Suka menulis informasi-informasi teknik kerja dari karyawan. Senang jika disuruh menjadi sopir bos menghadiri rapat atau berurusan dengan kantor pemerintah ( katanya, ‘kalau mau jadi orang pinter harus bergaul dengan orang yang pinter juga’ ). Dan diam-diam dia kuliah di salah satu Akademi swasta di Cikarang.
Leman, MA swasta Gunung Jati, Banjarnegara. Orangnya kalem, murah senyum namun tidak banyak bicara. Berbadan besar, namun langkahnya sangat ringan. Dengan senang hati kalau disuruh bekerja diluar job yang sekarang dia emban, meskipun itu pekerjaan OB, pekerjaan sopir, pekerjaan purchasing, pekerjaan karyawan, pekerjaan receptionist, pekerjaan tukang listrik dan telpon, bahkan pekerjaan untuk menambal ban sepeda motor karyawan sekalipun dia selalu terpilih untuk melakukannya. ‘Belajar bekerja yang belum pernah dia tahu pasti akan berguna’, katanya.
'B-C-L' tahun 2010 ( setelah 8 tahun saya tidak bertemu ).
Bodong, masih dengan profesi yang sama dan kebiasaan yang sama.
Cuplis, saat ini menjadi customer service di perusahaan swasta sebelah tempat kerja yang dahulu. Masih selalu berteman dengan rekan lamanya, meskipun sekarang selalu berkendara dengan kendaraan dinasnya yang selalu baru setiap tahunnya.
Leman, masih tetap bekerja diperusahaan itu, namun sekarang dia dipercaya untuk menjadi wakil kepala produksi. Yang nota bene-nya sekarang dia bisa mengatur segala pekerjaan yang dahulunya semua pernah di-‘tangani’-nya.

Pelajaran yang bisa kita petik:

Orang lain hanya bisa melihat dan menilai potensi seseorang. Kitalah yang harus membuka atau menutup potensi diri itu, apakah mau dikeluarkan atau disimpan saja.
 Tidak melakukan sesuatu, berpotensi menguatkan kondisi seperti apa anda sekarang.



Melakukan sesuatu, berpotensi menghantarkan pada apa yang anda cita-citakan dimasa yang akan datang.

( Dari berbagai sumber )

Selasa, 13 September 2011

MULIA 'belajar dari bawang merah' ( Ditulis: Senin, 16 Juni 2008 )

'Friday the thirteen' minggu lalu saya ijin pulang jam 14.30 bbwi, keperluan keluarga yang sangat mendadak.
Dirumah ( sampai larut ) sudah ada berbagai persiapan ( masak-memasak besok pagi ).
Gerimis Sabtu pagi, aktifitas ibu-ibu sudah dimulai jam 05.00 pagi. Belanja keperluan instan yang belum ada malam harinya, jam 07.00 komplitlah segalanya, dari bumbu dapur sampai pecah belah, tidak lupa juga 'kompor gas subsidi' bisa kita manfaatkan. Pe-'racik'-kan aneka bumbu dapur dimulai. Ramai sekali ( namanya ibu2 kalau sudah kumpul, apalagi hampir separo anggota RT ).
Saya tertarik dengan salah satu 'bahan', Bawang Merah.
Sebagaimana kita tahu, yang diakibatkan olehnya, sebagian besar rekan-rekan pasti sudah pernah merasakannya.
'The more you peel, the more you want to cry'; 'Semakin anda mengupas, semakin anda ingin menangis'.
Semakin banyak anda 'mengupas' masalah, semakin banyak yang anda 'kupas' dari kualitas diri anda.
Masalah yang sama akan dihadapi berbeda-beda oleh masing-masing individu, tergantung reaksi yang keluar saat terjadinya masalah. Karenanya kita diajarkan untuk menyelesaikan 'penyebab' dari masalah.
Nasehat rakyat Afrika Barat, melarang untuk mempermasalahkan dimana kita jatuh, tetapi mempermasalahkan dimana kita terpeleset.
Sedikit, kecil, masing-masing jalankan!. Ingat jumlah rekan kita 40 orang! ( Tooling member - red. ), Waktu kita satu bulan minimal 22 hari kerja!, Bayangkan kalau satu tahun!.
Mari kita sepakati agar lebih bisa berfikir posirif: 'Masalah adalah suatu Tantangan'.
Ibarat minum jamu, pahit. Namun khasiatnya membuat badan kita lebih sehat dan kuat.
( Dari 'bawang merah' dan berbagai sumber )

Minggu, 04 September 2011

MULIA 'dari pengalaman insidental' ( Ditulis: Senin, 09 Juni 2008 )

Sore itu saya mengantar anak dan keponakan saya ke arena permainan dikomplek perumahan. 'Mandi bola' pilihan mereka. Dengan Rp. 5000 berdua bisa menikmati 'ramainya' mandi di 'kolam' bola. Loncat sana, loncat sini. Lempar sana, lempar sini. Satu teriak, yang lainpun menyahut. Begitu seterusnya.
Setengah jam tak terasa sudah. Permainan mereka berdua sudah usai. Kami pulang. Namun belum seperempat perjalanan pulang, anak saya teringat bahwa 'kacamata'nya jatuh di'kolam'. Kamipun kembali melaporkan kejadian tersebut kepada penjaganya. Dicari secara manual, mencebur ke kolam sambil di'sisir' dengan tangan dan kaki. Tidak ketemu. Kami pulang dengan kesal.
 
Sampai dirumah masih 'ramai' dengan adik saya. Kabar kami sampaikan, dan kamipun sepakat kembali ke arena dengan ganti 'pasukan', saya, istri dan adik ipar.
Negosiasi dengan penjaga sangat 'alot', karena sudah berulang kali kejadian seperti ini, setelah dilakukan pencarian, nihil. Alasan lain, pelanggan yang ada dan yang akan datang, kasihan. Kami maklum, hari itu hari Sabtu sore ( malam liburan ). Dicari dengan cara manual pasti lama sekali, disamping spekulasi, juga khawatir kacamatanya terinjak-injak. Saya bertiga punya ide, 'kolam harus dikuras'. Negosiasi dilakukan lagi, penjaga setengah marah. Tidak bisa, tidak bisa. Saya lakukan pendekatan, anak2 yang sedang main kami ganti rugi dengan permainan lain. Orang tua dari anak2 kita beri pengertian.
Akhirnya 'diperbolehkan dikuras oleh kami bertiga'. Kami bertiga gantian 'bermain dikolam bola'. Dengan hati2 kami keluarkan bola2 dari 'kolam', lumayan capek. Belum setengah 'permainan' menguras kolam, ketemulah kacamata tersebut dipinggiran kolam. Kami lega, rasa capek jadi tak terpikirkan lagi. Kami lebih semangat lagi untuk mengembalikan bola2 yang sudah bertebaran diluar kolam kedalam arena. Lebih seru, karena kecepatan dan tenaga kami kerahkan bersamaan. Lebih cepat selesai dibandingkan waktu pengurasan. Terima kasih dengan kedua penjaga, dan kamipun pulang dengan riang.
 
Pengalaman yang hadir dihadapan kita terkadang insidental, terkadang kondisional. Permasalahan selalu mengiringi langkah ini. Karena masalah adalah bentuk kehidupan. Jika digambarkan dalam 'Segitiga Cinta', terdiri dari Tuhan, Kita, dan Masalah. Artinya, masalah adalah bentuk kasih Tuhan yang mengingatkan kita akan pesan kebaikan untuk dijadikan pelajaran agar lebih berpikir positif.
Satu-satunya persiapan untuk hari esok adalah menggunakan hari ini dengan benar. 
Perlu diingat, Tuhan tidak akan memberikan masalah diluar kemampuan hambanya. Dan yakinlah, masalah dari Tuhan, jalan keluar dari Tuhan, dan pertolongan anytime, anywhere dari Tuhan. 
 
( Dari 'kolam mandi bola' dan berbagai sumber )